Tuesday, January 13, 2015

Masokis, Semakin Berbahaya Penyiksaannya, Semakin Puas



           Masokisme seksual adalah salah satu jenis kelainan seksual yang termasuk dalam parafilia. Masokisme berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit. Orang dengan kelainan ini akan merasa puas atau bergairah bila mendapatkan rasa sakit pada diri sendiri, baik yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Pelaku disebut dengan masokis, sementara perbuatannya adalah masokisme. Masokisme seksual adalah satu-satunya kelainan parafilia yang dialami atau didominasi oleh perempuan yaitu sekitar 5%.
            Kelainan masokisme seksual ini didasari oleh adanya perasaan submisif. Perasaan submisif adalah rasa berserah diri di luar batas kewajaran kepada pasangan. Seorang masokis akan menikmati perlakuan semena-mena yang dilakukan oleh pasangan, termasuk hal-hal yang mengandung unsur kekerasaan. Contoh skenarionya adalah menjadi budak yang ‘melayani’ majikannya, atau murid yang ‘dihukum’ oleh gurunya. Perlakuan yang diterima dapat berupa tamparan, cambukan, pukulan, dan lain sebagainya.
            Masokisme seksual memiliki tingkatan-tingkatan. Mulai dari aktivitas yang masih bisa dikategorikan aman seperti melakukan hubungan seksual dengan tangan diborgol sebagai variasi, sampai dengan kategori berbahaya. Salah satu aktivitas masokisme seksual yang paling berbahaya adalah hipoksifilia. Partisipan akan merasa terangsang secara seksual bila konsumsi oksigennya dikurangi, misalnya dengan menggunakan jerat, kantung plastik, ataupun bahan kimia. Tidak jarang masochist mengalami kematian ketika atau setelah melakukan aktivitas seksual.
            Kerap kali, kelainan masokisme seksual ini dikaitkan dengan perilaku sadism. Pelaku sadism berhubungan dengan masokis untuk mendapat kepuasan seksual karena dapat melakukan tindak kekerasan terhadap pasangannya. Sebaliknya, masokis berhubungan dengan pelaku sadism untuk mendapat kepuasan seksual karena mendapat tindak kekerasan dari pasangannya. Dapat dikatan, hubungan semacam ini adalah hubungan simbiosis mutualisme.
            Berdasarkan teori psikoanalitik klasik, masokis mengatasi ketakutan terhadap cedera dan perasaan tak berdaya yang diterima dengan menunjukkan kepada pasangan bahwa masokis tahan terhadap kerusakan. Beberapa teori menyebutkan bahwa masokis biasanya mengalami trauma seksual ketika masa kanak-kanak. Dari tindakan kekerasan yang diterimanya itu, masokis memiliki pengalaman yang mengesankan bahwa rasa sakit diperlukan untuk mendapat kenikmatan seksual yang menyebabkan ketagihan atau keinginan untuk mengulang perlakuan itu secara terus-menerus. Faktor lain yang menyebabkan masokisme seksual adalah faktor keluarga yang tidak harmonis dan / atau faktor pergaulan. Meskipun begitu, seseorang yang memiliki latar belakang kehidupan normal pun bisa menjadi masokis.
            Masokisme seksual menyebabkan masokis mengalami cedera, terlebih bila sudah berada pada tingkatan yang berbahaya. Masokis dapat terenggut nyawanya. Masokis dalam lingkungan sosial dan pekerjaannya akan mengalami penolakan bila menemui orang-orang atau pasangan yang tidak satu pendapat dengan gaya seksualitas menggunakan kekerasan.
            Seseorang berpotensi mengalami masokisme seksual bila dalam waktu sekurangnya 6 bulan terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan nyata seperti dihina, dipukul, dan lainnya yang membawa penderitaan. Selain itu, khayalan dan / atau dorongan seksual menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaa, atau fungsi penting lainnya. Hal ini merupakan kriteria diagnosis masokisme menurut DSM-IV-TR.
            Menanggapi masokisme seksual, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk setidaknya meminimalisir kelainan ini, meliputi psikoterapi, terapi perilaku, terapi seks, terapi hormonal, dan terapi medikamentosa. Psikoterapi dilakukan untuk menemukan dan menyelesaikan penyebab dasar terjadinya kelainan. Selain itu, psikoterapi juga memungkinkan pasien mendapatkan harga dirinya kembali, memperbaiki kemampuan interpersonal, dan menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual (terapi seks).
            Terapi kognitif-perilaku dilakukan untuk mengubah pola pikir yang salah lewat penyadaran mengenai pembenaran irasional yang menimbulkan perilaku seksual tersebut. Pada saat terapi ini pun diberitahukan cara menghindari situasi yang mungkin membangkitakan keinginan tersebut agar pasien memiliki kontrol atas dirinya. Terapi hormonal memanfaatkan hormone medroxyprogesteron asetat (Depo-Provera) dan cyproterone asetat untuk menurunkan kadar testoteron dalam sirkulasi sehingga rangsangan seks berkurang. Hormon ini digunakan selama menjalani terapi kognitif-perilaku.
            Terapi medikamentosa menggunalam obat antidepresen seperti fluoxetin untuk mengurangi rangsangan seks. Sayangnya, obat ini kurang berhasil dalam mengurangi fantasi seks. Obat ini biasa digunakan untuk mereka yang mengalami kelainan masokisme seksual yang disertai dengan depresi.

Referensi :

1 comments:

Anonymous said...

Why casino site is not available in my country? - Choe Casino
A casino site 온카지노 in your choegocasino country is not available in หาเงินออนไลน์ my country. you do not have any online casino games or games in your country.

Post a Comment