Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial
antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja
Komang Sri Widiantari dan Yohanes Kartika Herdiyanto
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
omangomeng@yahoo.com
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
omangomeng@yahoo.com
Abstrak
Penggunaan media jejaring sosial merupakan salah
satu cara yang dapat mengindikasikan kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Sebagian besar pengguna media jejaring sosial adalah remaja. Berkaitan dengan
remaja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas
komunikasi melalui jejarng sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode komparasi. Sample yang digunakan adalah sebanyak 218
responden yang merupakan siswa SMA Negeri di Denpasar. Teknik yang digunakan
ketika memilih sample adalah sratified proporsional random sampling.
Berdasarkan independent sampel t-test, ditemukan tiga buah hasil, yaitu : (a)
terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui media jejaring sosial antara
tipe kepribadian introvert dan ekstrovert pada remaja (tipe ekstrovert memiliki
intensitas yang lebih tinggi), (b) terdapat hubungan antara banyaknya jumlah
media jejaring sosial yang dimiliki dengan intensitas komunikasi, dan juga (c)
tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi berdasarkan jenis kelamin.
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan komunikasi
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Devito (dalam Sulaeman, 2010), komunikasi
dapat dilakukan dengan dua jenis cara,
yaitu komunikasi langsung dengan bertatapan muka dan tanpa menggunakan
perantara media, dan juga komunikasi tidak langsung dengan tanpa bertatapan
muka dan menggunakan perantara media seperti jejaring sosial. Jejarng sosial
bermanfaat untuk mempermudah manusia dalam melakukan komunikasi yang cepat dan
dengan jangkauan yang luas. Selain itu, adanya barang pendukung seperti
handphone untuk mengakses jejaring sosial membuatnya menjadi kebutuhan dan gaya
hidup.
Berdasarkan data yang dimiliki
Kementrian Komunikasi dan Informasi RI pada tahun 2011, 64% pengguna jejaring
sosial di Indonesia adalah remaja (Hariyanti, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa
remaja memiliki antusias yang tinggi menanggapi keberadaan jejaring sosial.
Kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain memang cenderung tinggi
ketika manusia berada pada tahap perkembangan remaja (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2007). Jumlah pengguna facebook di Indonesia saat ini sebesar 40,4
juta orang, dan menduduki peringkat terbesar kedua di dunia. Selain itu, pengguna
twitter menduduki peringkat keempat terbesar di dunia dengan jumlah 22%.
Penggunaan jejaring sosial berkaitan
dengan intensitas komunikasi yang dilakukan oleh penggunanya dalam melakukan
interaksi dengan sesama secara online. Jejaring sosial disebut sebagai jaringan
pertemanan dengan media web yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang
menunjang. Sayangnya, keberadaan media jejaring sosial berbanding terbalik
dengan frekuensi komunikasi langsung yang dilakukan oleh remaja tipe ekstrovert
maupun introvert.
Kepribadian merupakan karakteristik
seseorang dalam berpikir, berperilaku, dan merasa. Penggolongan tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert didasarkan pada perbedaan respon,
kebiasaan, dan sifat yang ditampilkan individu dalam menjalin hubungan interpersonal,
selain itu tipe kepribadian juga menjelaskan posisi kecenderungan individu yang
berhubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya (Suryabrata, 2002).
Individu dengan tipe ekstrovert
adalah individu yang mudah bergaul, impulsif, tetapi juga sifat gembira, aktif,
cakap, dan optimis, serta sikap lain yang menunjukkan penghargaan atas hubungan
dengan orang lain. Bertolak belakang dengan tipe ekstrovert, tipe introvert
adalah individu yang cenderung pendiam, pasif, tidak mudah bergaul, teliti, pesimis,
tenang dan terkontrol (Feist dan Feist, 2010). Tipe introvert akan lebih
memperhatikan diri sendiri. Peneliti lain mendapati bahwa pengguna internet
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, atau tipe ekstrovert dan introvert
memiliki kecenderungan memilih layanan yang berbeda (Raihana, 2009). Selain itu
ada juga yang mendapati hubungan signifikan antara tipe introvert dengan
penggunaan internet.
Maka dari itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah terdapat perbedaan intensitas
komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dengan introvert pada
remaja. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya psikologi komunikasi dan sosial.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk remaja agar dapat menggunakan
jejaring sosial sesuai dengan porsinya dengan memperhatikan kelebihan dan
kekurangan sesuai dengan tipe kepribadian. Membantu pemerintah dalam
mempertimbangkan kebijakan terkait dengan jejaring sosial, serta menjadi
panduan bagi orang tua dalam mendidik anak.
Metode
Variabel dan definisi operasional
Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti.
Terdapat dua tipe variabel, bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab (dalam hal ini adalah
kepribadian ekstrovert dan introvert), sementara variabel tergantung adalah
variabel yang dipengaruhi atau akibat (dalam hal ini adalah intesitas
komunikasi.
Definisi operasional dari variabel
tipe kepribadian sama seperti yang sudah dikatakan sebelumnya di latar belakang
(ciri dari tipe ekstrovert dan introvert). Sedangkan definisi operasional dari
variabel intensitas komunikasi melalui jejaring sosial adalah komunikasi yang
dilakukan oleh pengguna jejaring sosial dengan orang lain secara online.
Terdapat enam aspek intensitas komunikasi, yaitu frekuensi, durasi yang digunakan,
perhatian yang diberikan, keteraturan, tingkat keluasan dan kedalaman pesan, dan
jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi.
Responden
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di
kota Denpasar. Sampelnya adalah siswa SMA Negeri di kota Denpasar dengan usia
15-18 tahun, bersedia menjadi responden, dan menggunakan jejaring sosial lebih
dari 6 bulan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified
proporsional random sampling.
Tempat
Penelitian
Penelitian dilakukan di sekolah SMA Negeri
2 Denpasar, SMA Negeri 3 Denpasar, dan SMA Negeri 5 Denpasar. Hasil jumlah
sampel dalam penelitian ini yaitu 240 siswa.
Alat
Ukur
Dalam mengukur tipe kepribadian,
alat ukur yang digunakan adalah EPI atau Eysenck Personality Inventory. Alat
ukur ini telah baku dan digunakan untuk menggolongkan individu ke dalam
beberapa tipe kepribadian dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” (Asriasa,
2010). Sedangkan alat ukur untuk mengukur intensitas komunikasi adalah
pernyataan favorable dan unfavorable yang terbagi dalam empat alternatif
jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat
setuju”.
Teknik
Analisis Data
Uji validitas dilakukan dengan
pengujian konstruk dan isi. Pengujian validitas konstruk menggunakan dengan
mencari koefisien korelasi item total (rix) dengan bantuan perangkat lunak SPSS
17.0. Pengujian validitas isi menggunakan teknik professional judgement. Alat
ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi jika hasilnya sesuai dengan
kriteria, dalam artian memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto,
2006).
Uji reliabilitas menggunakan alpha
cronbach’s dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Suatu alat ukur dinyatakan
memiliki reliabilitas yang baik apabila skor alphanya lebih besar dari 0,6.
Metode analisis data menggunakan
independent simple t-test, dengan bantuan program SPSS 17.0. Terdapat dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu dilakukannya uji asumsi berupa uji normalitas
dan uji homogenitas dengan alat bandu perangkat lunak SPSS 17.0. Uji normalitas
untuk membuktikan data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi
berdistribusi normal (signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%), pengujiannya
dilakukan dengan kolmogorov-smirnov. Uji homogentias untuk mengetahui apakah
kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak dengan cara membandingkan
kedua variansnya menggunakan levene’s test dengan bantuan perangkat lunak SPSS
17.0. Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data berasal dari populasi
yang variansnya sama atau homogen (Sugiyono, 2010)
Hasil Penelitian
Hasil dari uji coba alat ukur dalam penelitian
adalah terdapat 7 item gugur dan 28 item valid pada skala intensitas
komunikasi, dengan indeks koefisien korelasi yang bergerak dari 0,232-0,742.
Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian reliabilitas koefisien alpha pada
skala intesitas komunikasi pada saat uji coba adalah 0.907, sementara pada saat
penelitian 0,886, hal ini menunjukkan bahwa alat ukur intensitas komunikasi
memiliki reliabilitas baik.
Pada skala tipe kepribadian,
peneliti menggunakan alat EPI. Validitas internal konsistensinya baik, tingkat
reliabilitasnya berkisar 0,89-0,93 untuk ekstrovert-introvert (Syafiq, 2010).
Dari hasil uji normalitas awal dengan sampel 240 orang, diketahui bahwa sebaran
data pada variabel intensitas komunikasi memiliki nilai signifikansi dengan
probabilitas 0.027 atau memiliki probabilitas dibawah 0,05, hal tersebut
menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Untuk membuatnya normal,
peneliti menghilangkan outliers sebanyak 22 responden, sehingga sebaran data
mimiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0.084 (diatas 0,05), hasilnya
pun menjadi normal. Hasil uji homogenitas, diketahui bahwa varians pada setiap
kelompok peneliti memiliki nilai signifikan dengan probabilitas 0,075 (diatas
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa varians pada setiap kelompok yang diuji
bersifat homogen.
Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh nilai signifikansi probabilitas (p) sebesar 0,000 (lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti erdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring
sosial antara tipe ekstrovert dan introvert pada remaja, sehingga hipotesis
alternatif (Ha) yang berbunyi “Ada perbedaan intensitas komunikasi melalui
media jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada
remaja” dapat diterima, sedangkan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi sebaliknya
ditolak. Terkait hal ini, ada pengkategorian kelompok yang memiliki skor
intensitas komunikasi dari yang paling tinggi hingga paling rendah. Kelompok
ekstrovert memiliki skor yang tinggi, sebaliknya introvert memiliki skor
rendah.
Pembahasan dan Kesimpulan
Setiap peniliti memiliki pandangan
sendiri tentang tipe kepribadian ekstrovert dan introver. Masing-masing
mengemukakan pendapatnya tentang ciri dan cara berkomunikasi dari kedua tipe
kepribadian ini. Namun sebenernya, setiap pendapat peneliti mengenai hal ini
serupa atau tidak banyak berbeda.
Baik tipe ekstrovert maupun
introvert pasti melakukan komunikasi dengan berbagai cara, langsung maupun
tidak langsung. Hal ini berarti, keduanya melakukan komunikasi tidak langsung
lewat media jejaring sosial juga. Tipe introvert, dalam menggunakan media
jejaring sosial tidak mudah untuk mengekspresikan dan menyatakan segala hal
yang dirasakannya karena tipe introvert cenderung tertutup, kurang ekspresif,
dan berpikir dalam sebelum melakukan sesuatu. Intinya, tipe ini lebih suka
memperhatikan diri sendiri dan tidak suka melibatkan banyak orang. Semuanya ini
bertolak belakang dengan tipe ekstrovert. Perbedaan karakteristik inilah yang
menyebabkan perbedaan intesitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe
ekstrovert dan introvert. Tipe ekstrovert tentu memiliki tingkat intensitas
komunikasi lebih tinggi dibandingkan tipe introvert.
Berkaitan dengan perbedaan
intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan,
dengan menggunakan independent sample t-test, didapati bahwa hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.273. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak adanya perbedaan signifikan intensitas komunikasi melalui jejaring
sosial berdasarkan jenis kelamin.
Untuk mengetahui hubungan antara
jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial
adalah dengan menggunakan korelasi product moment. Korelasi product moment
digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas
(jumlah jejaring sosial) dengan variabel tergantung (intensitas komunikasi).
Syaratnya, data berpola linear (diuji menggunakan compare means, nilai lebih
kecil dari 0,05) dan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian
korelasi, didapati angka probabilitasnya 0,000 (dibawah 0,05) yang berarti
hipotesis nolnya ditolak dan hipotesis alternatifnya yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi
diterima.
Jumlah jejaring sosial yang dimiliki
seseorang berbanding lurus dengan intensitas komunikasi, angka korelasi yang
diperoleh sebesai (+) 0,433, tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah jejaring sosial maka semakin tinggi intensitas komunikasi. Individu yang
memiliki lebih dari 2 jejaring sosial tergolong tipe ekstrovert, sedangkan yang
kurang dari 2 tergolong tipe introvert. Selain tipe kepribadian, komunikasi
melalui jejaring sosial juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia dan
daerah tempat tinggal, tujuan dan motifnya, dan kemudahan dalam mengakses.
Kesimpulannya, perbedaan intensitas
komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert, tipe ekstrovert memiliki tingkat intensitas komunikasi yang lebih
tinggi dibandingkan tipe introvert. Terdapat perbedaan kecenderungan penggunaan
jejaring sosial. Tipe ekstrovert menggunakan facebook dan twitter sebanyak
22,9%, dan tipe introvert sebanyak 36,7%. Tidak terdapat perbedaan intensitas
komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan, serta
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah jejaring sosial dengan
intensitas komunikasi melalui jejaring sosial.
Saran bagi sekolah, diharapkan
penelitian ini dapat digunakan untuk membimbing, memantau, dan mengarahkan
siswanya dalam menggunakan media jejaring sosial. Penggunaannya harus sesuai
dengan porsinya, melihat kelebihan dan kekurangan yang ada. Pihak sekolah dapat
memberikan fasilitas wi-fi untuk mempermudah siswa mengakses media sosial namun
tetap dalam pemantauan. Bagi guru BK (Bimbingan Konseling) dapat memberikan
sosialisasi terkait hal ini sehingga interaksi interpersonal murid dapat
diasah, begitupun dengan perkembangannya.
Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu diharapkan
dapat melakukan penelitian kedepan dengan lebih baik lagi dibandingkan
sekarang, misalnya dengan menggali lebih dalam informasi terkait melalui metode
wawancara, atau survey. Mengenai alat ukur, peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan alat ukut yang memang sudah diadaptasi, tervalidasi, dan
realibel terkait topik ini sehingga dapat menghindari kesalahan pada alat ukur.
Sumber jurnal :
http://www.e-jurnal.com/2014/12/perbedaan-intensitas-komunikasi-melalui.html
0 comments:
Post a Comment