Tuesday, January 13, 2015

REVIEW JURNAL



Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja

Komang Sri Widiantari dan Yohanes Kartika Herdiyanto
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
omangomeng@yahoo.com

Abstrak
            Penggunaan media jejaring sosial merupakan salah satu cara yang dapat mengindikasikan kemajuan teknologi komunikasi informasi. Sebagian besar pengguna media jejaring sosial adalah remaja. Berkaitan dengan remaja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas komunikasi melalui jejarng sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
            Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode komparasi. Sample yang digunakan adalah sebanyak 218 responden yang merupakan siswa SMA Negeri di Denpasar. Teknik yang digunakan ketika memilih sample adalah sratified proporsional random sampling. Berdasarkan independent sampel t-test, ditemukan tiga buah hasil, yaitu : (a) terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui media jejaring sosial antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert pada remaja (tipe ekstrovert memiliki intensitas yang lebih tinggi), (b) terdapat hubungan antara banyaknya jumlah media jejaring sosial yang dimiliki dengan intensitas komunikasi, dan juga (c) tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi berdasarkan jenis kelamin.

Latar Belakang
            Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Devito (dalam Sulaeman, 2010), komunikasi dapat dilakukan dengan  dua jenis cara, yaitu komunikasi langsung dengan bertatapan muka dan tanpa menggunakan perantara media, dan juga komunikasi tidak langsung dengan tanpa bertatapan muka dan menggunakan perantara media seperti jejaring sosial. Jejarng sosial bermanfaat untuk mempermudah manusia dalam melakukan komunikasi yang cepat dan dengan jangkauan yang luas. Selain itu, adanya barang pendukung seperti handphone untuk mengakses jejaring sosial membuatnya menjadi kebutuhan dan gaya hidup.
            Berdasarkan data yang dimiliki Kementrian Komunikasi dan Informasi RI pada tahun 2011, 64% pengguna jejaring sosial di Indonesia adalah remaja (Hariyanti, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa remaja memiliki antusias yang tinggi menanggapi keberadaan jejaring sosial. Kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain memang cenderung tinggi ketika manusia berada pada tahap perkembangan remaja (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Jumlah pengguna facebook di Indonesia saat ini sebesar 40,4 juta orang, dan menduduki peringkat terbesar kedua di dunia. Selain itu, pengguna twitter menduduki peringkat keempat terbesar di dunia dengan jumlah 22%.
            Penggunaan jejaring sosial berkaitan dengan intensitas komunikasi yang dilakukan oleh penggunanya dalam melakukan interaksi dengan sesama secara online. Jejaring sosial disebut sebagai jaringan pertemanan dengan media web yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang menunjang. Sayangnya, keberadaan media jejaring sosial berbanding terbalik dengan frekuensi komunikasi langsung yang dilakukan oleh remaja tipe ekstrovert maupun introvert.
            Kepribadian merupakan karakteristik seseorang dalam berpikir, berperilaku, dan merasa. Penggolongan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert didasarkan pada perbedaan respon, kebiasaan, dan sifat yang ditampilkan individu dalam menjalin hubungan interpersonal, selain itu tipe kepribadian juga menjelaskan posisi kecenderungan individu yang berhubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya (Suryabrata, 2002).
            Individu dengan tipe ekstrovert adalah individu yang mudah bergaul, impulsif, tetapi juga sifat gembira, aktif, cakap, dan optimis, serta sikap lain yang menunjukkan penghargaan atas hubungan dengan orang lain. Bertolak belakang dengan tipe ekstrovert, tipe introvert adalah individu yang cenderung pendiam, pasif, tidak mudah bergaul, teliti, pesimis, tenang dan terkontrol (Feist dan Feist, 2010). Tipe introvert akan lebih memperhatikan diri sendiri. Peneliti lain mendapati bahwa pengguna internet berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, atau tipe ekstrovert dan introvert memiliki kecenderungan memilih layanan yang berbeda (Raihana, 2009). Selain itu ada juga yang mendapati hubungan signifikan antara tipe introvert dengan penggunaan internet.
            Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dengan introvert pada remaja. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya psikologi komunikasi dan sosial. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk remaja agar dapat menggunakan jejaring sosial sesuai dengan porsinya dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tipe kepribadian. Membantu pemerintah dalam mempertimbangkan kebijakan terkait dengan jejaring sosial, serta menjadi panduan bagi orang tua dalam mendidik anak.

Metode
Variabel dan definisi operasional
            Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti. Terdapat dua tipe variabel, bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab (dalam hal ini adalah kepribadian ekstrovert dan introvert), sementara variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat (dalam hal ini adalah intesitas komunikasi.
            Definisi operasional dari variabel tipe kepribadian sama seperti yang sudah dikatakan sebelumnya di latar belakang (ciri dari tipe ekstrovert dan introvert). Sedangkan definisi operasional dari variabel intensitas komunikasi melalui jejaring sosial adalah komunikasi yang dilakukan oleh pengguna jejaring sosial dengan orang lain secara online. Terdapat enam aspek intensitas komunikasi, yaitu frekuensi, durasi yang digunakan, perhatian yang diberikan, keteraturan, tingkat keluasan dan kedalaman pesan, dan jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi.
Responden
            Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di kota Denpasar. Sampelnya adalah siswa SMA Negeri di kota Denpasar dengan usia 15-18 tahun, bersedia menjadi responden, dan menggunakan jejaring sosial lebih dari 6 bulan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified proporsional random sampling.
Tempat Penelitian
            Penelitian dilakukan di sekolah SMA Negeri 2 Denpasar, SMA Negeri 3 Denpasar, dan SMA Negeri 5 Denpasar. Hasil jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 240 siswa.
Alat Ukur
            Dalam mengukur tipe kepribadian, alat ukur yang digunakan adalah EPI atau Eysenck Personality Inventory. Alat ukur ini telah baku dan digunakan untuk menggolongkan individu ke dalam beberapa tipe kepribadian dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” (Asriasa, 2010). Sedangkan alat ukur untuk mengukur intensitas komunikasi adalah pernyataan favorable dan unfavorable yang terbagi dalam empat alternatif jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”.
Teknik Analisis Data
            Uji validitas dilakukan dengan pengujian konstruk dan isi. Pengujian validitas konstruk menggunakan dengan mencari koefisien korelasi item total (rix) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Pengujian validitas isi menggunakan teknik professional judgement. Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam artian memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 2006).
            Uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach’s dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Suatu alat ukur dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila skor alphanya lebih besar dari 0,6.
            Metode analisis data menggunakan independent simple t-test, dengan bantuan program SPSS 17.0. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu dilakukannya uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas dengan alat bandu perangkat lunak SPSS 17.0. Uji normalitas untuk membuktikan data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi berdistribusi normal (signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%), pengujiannya dilakukan dengan kolmogorov-smirnov. Uji homogentias untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variansnya menggunakan levene’s test dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang variansnya sama atau homogen (Sugiyono, 2010)

Hasil Penelitian
            Hasil dari uji coba alat ukur dalam penelitian adalah terdapat 7 item gugur dan 28 item valid pada skala intensitas komunikasi, dengan indeks koefisien korelasi yang bergerak dari 0,232-0,742. Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian reliabilitas koefisien alpha pada skala intesitas komunikasi pada saat uji coba adalah 0.907, sementara pada saat penelitian 0,886, hal ini menunjukkan bahwa alat ukur intensitas komunikasi memiliki reliabilitas baik.
            Pada skala tipe kepribadian, peneliti menggunakan alat EPI. Validitas internal konsistensinya baik, tingkat reliabilitasnya berkisar 0,89-0,93 untuk ekstrovert-introvert (Syafiq, 2010). Dari hasil uji normalitas awal dengan sampel 240 orang, diketahui bahwa sebaran data pada variabel intensitas komunikasi memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0.027 atau memiliki probabilitas dibawah 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Untuk membuatnya normal, peneliti menghilangkan outliers sebanyak 22 responden, sehingga sebaran data mimiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0.084 (diatas 0,05), hasilnya pun menjadi normal. Hasil uji homogenitas, diketahui bahwa varians pada setiap kelompok peneliti memiliki nilai signifikan dengan probabilitas 0,075 (diatas 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa varians pada setiap kelompok yang diuji bersifat homogen.
            Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai signifikansi probabilitas (p) sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti erdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dan introvert pada remaja, sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “Ada perbedaan intensitas komunikasi melalui media jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada remaja” dapat diterima, sedangkan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi sebaliknya ditolak. Terkait hal ini, ada pengkategorian kelompok yang memiliki skor intensitas komunikasi dari yang paling tinggi hingga paling rendah. Kelompok ekstrovert memiliki skor yang tinggi, sebaliknya introvert memiliki skor rendah.

Pembahasan dan Kesimpulan
            Setiap peniliti memiliki pandangan sendiri tentang tipe kepribadian ekstrovert dan introver. Masing-masing mengemukakan pendapatnya tentang ciri dan cara berkomunikasi dari kedua tipe kepribadian ini. Namun sebenernya, setiap pendapat peneliti mengenai hal ini serupa atau tidak banyak berbeda.
            Baik tipe ekstrovert maupun introvert pasti melakukan komunikasi dengan berbagai cara, langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti, keduanya melakukan komunikasi tidak langsung lewat media jejaring sosial juga. Tipe introvert, dalam menggunakan media jejaring sosial tidak mudah untuk mengekspresikan dan menyatakan segala hal yang dirasakannya karena tipe introvert cenderung tertutup, kurang ekspresif, dan berpikir dalam sebelum melakukan sesuatu. Intinya, tipe ini lebih suka memperhatikan diri sendiri dan tidak suka melibatkan banyak orang. Semuanya ini bertolak belakang dengan tipe ekstrovert. Perbedaan karakteristik inilah yang menyebabkan perbedaan intesitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dan introvert. Tipe ekstrovert tentu memiliki tingkat intensitas komunikasi lebih tinggi dibandingkan tipe introvert.
            Berkaitan dengan perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan independent sample t-test, didapati bahwa hasil nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.273. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan signifikan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial berdasarkan jenis kelamin.
            Untuk mengetahui hubungan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial adalah dengan menggunakan korelasi product moment. Korelasi product moment digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas (jumlah jejaring sosial) dengan variabel tergantung (intensitas komunikasi). Syaratnya, data berpola linear (diuji menggunakan compare means, nilai lebih kecil dari 0,05) dan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian korelasi, didapati angka probabilitasnya 0,000 (dibawah 0,05) yang berarti hipotesis nolnya ditolak dan hipotesis alternatifnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi diterima.
            Jumlah jejaring sosial yang dimiliki seseorang berbanding lurus dengan intensitas komunikasi, angka korelasi yang diperoleh sebesai (+) 0,433, tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah jejaring sosial maka semakin tinggi intensitas komunikasi. Individu yang memiliki lebih dari 2 jejaring sosial tergolong tipe ekstrovert, sedangkan yang kurang dari 2 tergolong tipe introvert. Selain tipe kepribadian, komunikasi melalui jejaring sosial juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia dan daerah tempat tinggal, tujuan dan motifnya, dan kemudahan dalam mengakses.
            Kesimpulannya, perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, tipe ekstrovert memiliki tingkat intensitas komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan tipe introvert. Terdapat perbedaan kecenderungan penggunaan jejaring sosial. Tipe ekstrovert menggunakan facebook dan twitter sebanyak 22,9%, dan tipe introvert sebanyak 36,7%. Tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan, serta terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial.
            Saran bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk membimbing, memantau, dan mengarahkan siswanya dalam menggunakan media jejaring sosial. Penggunaannya harus sesuai dengan porsinya, melihat kelebihan dan kekurangan yang ada. Pihak sekolah dapat memberikan fasilitas wi-fi untuk mempermudah siswa mengakses media sosial namun tetap dalam pemantauan. Bagi guru BK (Bimbingan Konseling) dapat memberikan sosialisasi terkait hal ini sehingga interaksi interpersonal murid dapat diasah, begitupun dengan perkembangannya.
Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu diharapkan dapat melakukan penelitian kedepan dengan lebih baik lagi dibandingkan sekarang, misalnya dengan menggali lebih dalam informasi terkait melalui metode wawancara, atau survey. Mengenai alat ukur, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat ukut yang memang sudah diadaptasi, tervalidasi, dan realibel terkait topik ini sehingga dapat menghindari kesalahan pada alat ukur.


Sumber jurnal :
http://www.e-jurnal.com/2014/12/perbedaan-intensitas-komunikasi-melalui.html
 

0 comments:

Post a Comment