Tuesday, January 13, 2015

Merangkum Bab 2 dari Buku The Psychologist's Companion



   BAGAIMANA CARA MENGHASILKAN, MENGEVALUASI, DAN MENJUAL IDE UNTUK PENELITIAN DAN KARYA TULIS.

Pada permulaan bab ini, kami akan memberikan beberapa cara yang berbeda dalam mengembangkan ide-ide untuk proyek penelitian Anda. Kemudian pada bagian kedua bab ini, kami akan memberikan beberapa cara dalam mengevaluasi ide-ide yang ada, memilih ide mana yang paling baik. Terakhir, pada bagian ketiga bab ini akan diperlihatkan kepada Anda beberapa cara untuk menjual ide-ide Anda.

2.1 MENGHASILKAN IDE-IDE

2.1.1                    Menghasilkan Ide Lewat Konsultasi dengan Orang lain

Orang lain bisa jadi yang paling membantu pada langkah awal dalam penulisan karya tulis. Anda harus bersifat giat dalam mencari masukan atau saran mereka.

2.1.2                    Menghasilkan Ide Lewat Membaca

2.1.2.1  Apa yang Dibaca

Ide-ide seringkali muncul dari apa yang dibaca. Beberapa jenis bacaan yang cenderung mengarah pada ide-ide yang baik dibanding yang lain :
1.      Memfokuskan diri terhadap sejumlah kecil topik secara mendalam : Temukan topik yang menarik bagi Anda. Cari referensi tentang yang ingin dikutip, dan yang paling sering dikutip dari berbagai referensi itu sehingga Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam
2.      Memperkenalkan diri Anda dengan penelitian di batas-batas pengetahuan : Ketertinggalan waktu yang lama antara saat penulisan dan pemublikasian buku, membuat sebagian besar buku pelajaran ketinggalan zaman pada saat diterbitkan. Untuk dapat mengenal literatur pada batas-batas pengetahuan, pindai artikel jurnal terbaru dan manfaatkan referensi yang dijelaskan pada Bab 3 buku ini.
3.      Mulailah dengan membaca secara umum dan teruskan dengan yang lebih spesifik : Merupakan hal yang bijak untuk membaca ulasan tentang literatur yang relevan sebagai langkah awal.

2.1.2.2  Bagaimana Membacanya

Bagaimana cara Anda membaca sama pentingnya dengan apa yang Anda baca. Misalnya, sebagai contoh, Anda membaca artikel yang menguji sebuah teori bahwa pemaparan secara berulang untuk komunikasi yang persuasif mengakibatkan perubahan perilaku terhadap sudut pandang yang dianjurkan oleh komunikator, terlepas dari perilaku awal seseorang. Anda mungkin akan melakukan penelitian lebih lanjut yang membawa Anda menuju salah satu dari keempat hal ini:
1.      Mengembangkan teori : Setelah membaca artikel, Anda mungkin diyakinkan bahwa teori tersebut tampaknya dapat dikembangkan. Anda mungkin ingin memperlihatkan bahwa pemaparan secara berulang untuk komunikasi mempengaruhi sebuah sudut pandang, tapi dengan cara nonpersuasif juga akan mengakibatkan perubahan perilaku terhadap tanggapan yang diambil dalam komunikasi tersebut.
2.      Menghasilkan teori yang sejalan : Jika Anda menemukan teori dan data menarik, Anda mungkin ingin untuk memikirkan teori yang sejalan. Mungkin pemaparan secara berulang untuk beberapa jenis musik tertentu meningkatkan kesukaan terhadap musik tersebut. Atau mungkin pemaparan secara berulang terhadap beberapa jenis komunikasi meningkatkan efek positif terhadap jenis komunikasi tersebut.
3.      Membatasi teori : Mungkin Anda percaya bahwa konklusi yang berasal dari data terlalu luas. Jika subjek penelitian semuanya anak-anak, sebagai contoh, Anda mungkin akan untuk menunjukkan bahwa teori tersebut hanya dapat diaplikasikan kepada anak-anak.
4.      Menantang bukti pengujian teori : Dalam membaca artikel, Anda mungkin melihat sebuah kecacatan metodologis, statistik, atau logis dalam argumentasi penulis. Dalam hal ini, Anda mungkin ingin untuk menguji teori tersebut dengan cara mengoreksi kecacatannya. Sebagai contoh, misalnya saja penulis menguji hipotesis hanya dengan menunjukkan bahwa setelah dua jam mendengarkan satu buah set yang terdiri dari tiga komunikasi persuasif, kebanyakan subjek setuju dengan sudut pandang yang dianjurkan dalam komunikasi tersebut.

2.1.3                    Cara Lain dalam Menghasilkan Ide

Pada tabel dibawah ini tersaji 10 cara untuk menghasilkan ide-ide yang berfungsi setidaknya untuk beberapa orang. Untuk tambahan pandangan dalam mendapatkan ide-ide, seperti yang sebagian digambarkan pada bab ini, lihat McGuire (1997):     
1.      Observasi perilaku yang ada pada orang lain yang merangsang rasa penasaran Anda.
Penelitian tidak akan dapat diselesaikan bila penulis tidak penasaran tentang perilaku orang-orang disekitarnya. Anda dapat memperoleh beberapa ide yang baik dari hasil observasi itu.
2.      Observasi perilaku yang ada pada diri Anda sendiri yang merangsang rasa penasaran Anda.
Ketika Anda melakukan penelitian, bersikaplah terbuka terhadap diri Anda. Kadang, penemuan terbaik psikologi sepenuhnya kebetulan.
3.      Mempertanyakan interpretasi para peneliti tentang pekerjaannya.
Banyak penelitian terbaik psikologi yang muncul akibat dari mempertanyakan interpretasi orang lain dari data mereka.
4.      Mencari keganjilan dalam pola perilaku, baik pola perilaku Anda sendiri, maupun orang lain.
Carilah pola yang rusak atau keganjilan dalam perilaku. Seringkali mereka memberikan ide terbaik yang dapat Anda ambil untuk menjadi penelitian baru dan menarik!
5.      Mencari pola perilaku yang membingungkan.
Jadi, carilah pola perilaku yang membingungkan. Seringkali orang tidak menyelidikinya karena mereka sudah menganggapnya hal yang biasa.
6.      Memikirkan hal yang bertolak belakang dari apa yang orang lain pikirkan.
Banyak ilmuwan besar sepanjang masa yang membuat reputasi mereka justru dengan menentang konvensi – dengan mempertanyakan asumsi atau pemikiran yang tidak dipikirkan orang lain.      
7.      Menyintesiskan ide-ide berbeda yang ada.
Orang-orang mengasumsikan bahwa konstruksi saling terkait satu sama lain. Tetapi ternyata sebaliknya bahwa konsep dapat disintesis dengan cara saling terpisah.
8.      Menanyakan pada diri sendiri apa pertanyaan selanjutnya.
Sebuah cara yang berguna dalam memikirkan ide-ide untuk penelitian adalah bertanya pada diri sendiri apa pertanyaan selanjutnya untuk diketahui?
9.      Melihat kembali ide-ide yang telah dibuang.
Terkadang akan lebih bermanfaat untuk meninjau kembali ide-ide lama dan bertanya apakah ketika mereka dibuang, peneliti secara metafora membuang bayi dengan air mandi.
10.  Mencari ide-ide dalam cara dan metafora sehari-hari.
Cara sehari-hari dan metafora jarang memberikan gambaran tepat tentang karakterisasi tentang bagaimana orang-orang berpikir atau merasa. Tetapi mereka memberikan langkah awal untuk memahami perilaku manusia.
            Kami ingin menekankan bahwa tidak ada satu teknik pasti yang cocok dengan semua orang dan orang-orang yang berbeda memiliki teknik yang juga berbeda yang cocok dengannya. 

2.2 MENGEVALUASI IDE-IDE

Tidak ada cara yang sangat tidak mungkin untuk gagal untuk mengetahui apakah sebuah ide itu baik. Ada 12 teknik yang dapat Anda coba. Tidak perlu semuanya lulus. Tetapi jika tidak lulus dari sebagian besar teknik tersebut, Anda mungkin harus mempertimbangkannya kembali:
1.      Apakah ide tersebut secara internal konsisten?
Pastikan bahwa ide tersebut secara internal terpadu – tidak bertentangan. Hal ini sudah jelas, namun demikian, Anda tetap harus memeriksa koherensinya.
2.      Apakah ide tersebut secara empiris dapat diuji?
Psikologi adalah ilmu, sehingga proposisinya harus secara empiris dapat diuji. Pastikan ada beberapa cara untuk menguji ide tersebut. Jika tidak ada, itu bukan ilmu.
3.      Apakah Anda memiliki sarana untuk menguji ide tersebut?
Pastikan bahwa ide tersebut dapat diuji dalam batasan yang cukup bagi Anda.
4.      Apakah ide tersebut melampaui apa yang dikenal?
Pastikan literatur Anda lengkap sebelum mengusulkan ide.
5.      Apakah ide tersebut sesuai dengan apa yang dikenal?
Pastikan bahwa ada bukti empiris yang tidak bertentangan dengan ide tersebut.
6.      Apakah Anda antusias dengan ide tersebut?
Jika Anda tidak memiliki antusiasme akan ide tersebut, Anda tidak mungkin dapat memberikan upaya terbaik Anda.
7.      Apakah Anda mampu meyakinkan orang lain tentang kegunaan dari ide tersebut?
Ingat bahwa orang lain akan sering kali menjadi lebih skeptis akan ide-ide baru Anda daripada Anda. Apakah Anda mampu meyakinkan orang lain sehingga mereka dapat mendukung ide Anda?
8.      Dapatkah Anda mengantisipasi jawaban atas keberatan yang mungkin ada atas ide tersebut?
Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri, secara spesifik jenis keberatan apa yang memiliki kecenderungan untuk muncul dan apakah Anda bisa menjawabnya.
9.      Apakah ide tersebut “ukurannya tepat”?
Setiap orang memiliki ukuran yang berbeda dalam menilai apakah sebuah penelitian nyaman untuk mereka. Tanyakan pada diri Anda sendiri apakah ide tersebut terlalu kecil atau terlalu besar untuk ukuran Anda.
10.  Apakah orang lain selain diri Anda juga menganggap ide tersebut menarik?
Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri tidak hanya apakah ide tersebut menarik bagi Anda, tetapi juga apakah ide tersebut mungkin untuk kepentingan orang lain.
11.  Apakah pendapat yang benar-benar dikatakan orang lain tentang ide Anda?
Mendapatkan umpan balik dari orang lain adalah hal yang pantas. Anda tidak harus melihat umpan balik mereka sebagai hal yang definitif. Pada akhirnya, Anda adalah orang yang harus memutuskan apakah ide Anda baik. Tapi setidaknya, orang lain mungkin dapat membantu Anda dalam memperbaiki ide Anda.
12.  Dapatkah Anda menjelaskan ide tersebut kepada nenek Anda?
Ide tersebut harus dirumuskan dengan baik, bahkan dapat dijelaskan dalam bentuk yang paling sederhana kepada seseorang tanpa latar belakang teknis. Jika Anda tidak dapat melakukannya, Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri apakah Anda benar-benar memiliki konsepsi yang jelas tentang ide tersebut.
            Pada akhirnya, Anda lah yang harus memutuskan apakah ide tersebut baik dan layak untuk diusulkan.

2.3 MENJUAL IDE-IDE

Cara Anda meyakinkan orang lain tentang kegunaan dari ide tersebut tergantung pada ide itu sendiri. Ada 12 teknik yang cenderung berguna dalam berbagai situasi, yaitu:
1.      Presentasikan ide Anda dengan cara yang sangat jelas.
Pertimbangkan terlebih dahulu bagaimana Anda bisa menyajikan ide dengan cara yang sangat jelas sehingga siapa pun, atau setidaknya hampir semua orang, dari pendengar dapat memahaminya.
2.      Tunjukkan bahwa ide Anda sejalan dengan penelitian sebelumnya.
Semakin Anda bisa menunjukkan bahwa ide Anda sejalan dengan literatur masa lalu, semakin besar kemungkinan Anda untuk dapat meyakinkan orang-orang dari ide Anda.
3.      Presentasikan penelitian Anda sendiri untuk mendukung ide tersebut.
Data empiris merupakan hal yang sangat membantu. Pastikan bahwa orang lain, dan bukan hanya Anda, akan melihat bagaimana data tersebut mendukung ide Anda.
4.      Tidak menjual ide pada harga yang jauh lebih murah dibanding kompetitor lain, tidak juga menjual ide lebih dari yang tersedia.
Jika Anda menjual sebuah ide, orang mungkin bertanya-tanya mengapa mereka harus percaya dengan ide Anda jika Anda sendiri tampaknya tidak percaya diri. Tapi jika Anda banyak menjual ide, orang mungkin akan tersinggung dan bertanya apakah Anda tidak hanya mencari keuntungan sendiri. Secara umum, akan lebih baik untuk berbuat salah pada hal yang lebih sederhana daripada hal yang kompleks.
5.      Jangan meremehkan atau menghina orang yang tidak mempercayai Anda ataupun penelitian Anda.
Jika Anda meremehkan atau menghina orang yang tidak mempercayai Anda ataupun penelitian Anda, Anda akan kehilangan pendengar yang ingin Anda yakinkan.
6.      Perlihatkan pada pendengar mengapa ide tersebut dapat dikatakan menarik bagi mereka.
Anda harus meyakinkan mereka ide itu menarik. Jangan katakan bahwa ide dan hasil penelitian tersebut “ menarik dan penting.” Biarkan mereka yang mengatakannya.
7.      Bila memungkinkan, kaitkan ide Anda dengan latar belakang dan kepentingan hadirin.
Sebuah presentasi yang baik adalah presentasi yang mudah untuk ditangkap. Anda perlu menyesuaikan presentasi Anda kepada pendengar sehingga cocok dengan kepentingan dan latar belakang pengetahuan mereka.
8.      Ketahuilah kelemahan atau keterbatasan Anda seperti kekuatan Anda.
Anda akan mendapat banyak penghargaan dari pendengar Anda jika Anda menunjukkan bahwa Anda mengenali kelemahan ide Anda, bukan hanya kekuatan.
9.      Jika ditanyai pertanyaan yang tidak dapat Anda jawab, akuilah bahwa Anda tidak tahu dan katakan bahwa Anda akan mencari tahu jawabannya.
Jangan mencoba untuk menjawabnya sembarangan, berharap bahwa penanya tidak akan tahu. Jika Anda tidak tahu, katakanlah demikian, segeralah cari tahu jawabannya dan beritahukan itu kepada penanya.
10.  Perlihatkan antusiasme untuk ide Anda.
Jika Anda tidak antusias, mengapa Anda mengharapkan orang lain untuk menjadi antusias?
11.  Jadikanlah presentasi Anda presentasi yang sangat terorganisir.
Sebuah ide akan menjadi lebih persuasif jika dipresentasikan dengan cara yang sangat terorganisir. Ketika presentasi Anda tidak terorganisir, mereka akan cenderung merasa kurang yakin.
12.  Jika pada awalnya Anda tidak berhasil, coba lagi – jangan mudah putus asa.
Dengan ide yang lebih kreatif, akan menjadi lebih sulit dalam meyakinkan orang tentang kegunaan ide tersebut. Kegigihan adalah penentunya.

REVIEW JURNAL



Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja

Komang Sri Widiantari dan Yohanes Kartika Herdiyanto
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
omangomeng@yahoo.com

Abstrak
            Penggunaan media jejaring sosial merupakan salah satu cara yang dapat mengindikasikan kemajuan teknologi komunikasi informasi. Sebagian besar pengguna media jejaring sosial adalah remaja. Berkaitan dengan remaja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas komunikasi melalui jejarng sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
            Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode komparasi. Sample yang digunakan adalah sebanyak 218 responden yang merupakan siswa SMA Negeri di Denpasar. Teknik yang digunakan ketika memilih sample adalah sratified proporsional random sampling. Berdasarkan independent sampel t-test, ditemukan tiga buah hasil, yaitu : (a) terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui media jejaring sosial antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert pada remaja (tipe ekstrovert memiliki intensitas yang lebih tinggi), (b) terdapat hubungan antara banyaknya jumlah media jejaring sosial yang dimiliki dengan intensitas komunikasi, dan juga (c) tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi berdasarkan jenis kelamin.

Latar Belakang
            Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Devito (dalam Sulaeman, 2010), komunikasi dapat dilakukan dengan  dua jenis cara, yaitu komunikasi langsung dengan bertatapan muka dan tanpa menggunakan perantara media, dan juga komunikasi tidak langsung dengan tanpa bertatapan muka dan menggunakan perantara media seperti jejaring sosial. Jejarng sosial bermanfaat untuk mempermudah manusia dalam melakukan komunikasi yang cepat dan dengan jangkauan yang luas. Selain itu, adanya barang pendukung seperti handphone untuk mengakses jejaring sosial membuatnya menjadi kebutuhan dan gaya hidup.
            Berdasarkan data yang dimiliki Kementrian Komunikasi dan Informasi RI pada tahun 2011, 64% pengguna jejaring sosial di Indonesia adalah remaja (Hariyanti, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa remaja memiliki antusias yang tinggi menanggapi keberadaan jejaring sosial. Kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain memang cenderung tinggi ketika manusia berada pada tahap perkembangan remaja (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Jumlah pengguna facebook di Indonesia saat ini sebesar 40,4 juta orang, dan menduduki peringkat terbesar kedua di dunia. Selain itu, pengguna twitter menduduki peringkat keempat terbesar di dunia dengan jumlah 22%.
            Penggunaan jejaring sosial berkaitan dengan intensitas komunikasi yang dilakukan oleh penggunanya dalam melakukan interaksi dengan sesama secara online. Jejaring sosial disebut sebagai jaringan pertemanan dengan media web yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang menunjang. Sayangnya, keberadaan media jejaring sosial berbanding terbalik dengan frekuensi komunikasi langsung yang dilakukan oleh remaja tipe ekstrovert maupun introvert.
            Kepribadian merupakan karakteristik seseorang dalam berpikir, berperilaku, dan merasa. Penggolongan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert didasarkan pada perbedaan respon, kebiasaan, dan sifat yang ditampilkan individu dalam menjalin hubungan interpersonal, selain itu tipe kepribadian juga menjelaskan posisi kecenderungan individu yang berhubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya (Suryabrata, 2002).
            Individu dengan tipe ekstrovert adalah individu yang mudah bergaul, impulsif, tetapi juga sifat gembira, aktif, cakap, dan optimis, serta sikap lain yang menunjukkan penghargaan atas hubungan dengan orang lain. Bertolak belakang dengan tipe ekstrovert, tipe introvert adalah individu yang cenderung pendiam, pasif, tidak mudah bergaul, teliti, pesimis, tenang dan terkontrol (Feist dan Feist, 2010). Tipe introvert akan lebih memperhatikan diri sendiri. Peneliti lain mendapati bahwa pengguna internet berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, atau tipe ekstrovert dan introvert memiliki kecenderungan memilih layanan yang berbeda (Raihana, 2009). Selain itu ada juga yang mendapati hubungan signifikan antara tipe introvert dengan penggunaan internet.
            Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dengan introvert pada remaja. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya psikologi komunikasi dan sosial. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk remaja agar dapat menggunakan jejaring sosial sesuai dengan porsinya dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tipe kepribadian. Membantu pemerintah dalam mempertimbangkan kebijakan terkait dengan jejaring sosial, serta menjadi panduan bagi orang tua dalam mendidik anak.

Metode
Variabel dan definisi operasional
            Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti. Terdapat dua tipe variabel, bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab (dalam hal ini adalah kepribadian ekstrovert dan introvert), sementara variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat (dalam hal ini adalah intesitas komunikasi.
            Definisi operasional dari variabel tipe kepribadian sama seperti yang sudah dikatakan sebelumnya di latar belakang (ciri dari tipe ekstrovert dan introvert). Sedangkan definisi operasional dari variabel intensitas komunikasi melalui jejaring sosial adalah komunikasi yang dilakukan oleh pengguna jejaring sosial dengan orang lain secara online. Terdapat enam aspek intensitas komunikasi, yaitu frekuensi, durasi yang digunakan, perhatian yang diberikan, keteraturan, tingkat keluasan dan kedalaman pesan, dan jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi.
Responden
            Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di kota Denpasar. Sampelnya adalah siswa SMA Negeri di kota Denpasar dengan usia 15-18 tahun, bersedia menjadi responden, dan menggunakan jejaring sosial lebih dari 6 bulan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified proporsional random sampling.
Tempat Penelitian
            Penelitian dilakukan di sekolah SMA Negeri 2 Denpasar, SMA Negeri 3 Denpasar, dan SMA Negeri 5 Denpasar. Hasil jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 240 siswa.
Alat Ukur
            Dalam mengukur tipe kepribadian, alat ukur yang digunakan adalah EPI atau Eysenck Personality Inventory. Alat ukur ini telah baku dan digunakan untuk menggolongkan individu ke dalam beberapa tipe kepribadian dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” (Asriasa, 2010). Sedangkan alat ukur untuk mengukur intensitas komunikasi adalah pernyataan favorable dan unfavorable yang terbagi dalam empat alternatif jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”.
Teknik Analisis Data
            Uji validitas dilakukan dengan pengujian konstruk dan isi. Pengujian validitas konstruk menggunakan dengan mencari koefisien korelasi item total (rix) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Pengujian validitas isi menggunakan teknik professional judgement. Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam artian memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 2006).
            Uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach’s dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Suatu alat ukur dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila skor alphanya lebih besar dari 0,6.
            Metode analisis data menggunakan independent simple t-test, dengan bantuan program SPSS 17.0. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu dilakukannya uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas dengan alat bandu perangkat lunak SPSS 17.0. Uji normalitas untuk membuktikan data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi berdistribusi normal (signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%), pengujiannya dilakukan dengan kolmogorov-smirnov. Uji homogentias untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variansnya menggunakan levene’s test dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang variansnya sama atau homogen (Sugiyono, 2010)

Hasil Penelitian
            Hasil dari uji coba alat ukur dalam penelitian adalah terdapat 7 item gugur dan 28 item valid pada skala intensitas komunikasi, dengan indeks koefisien korelasi yang bergerak dari 0,232-0,742. Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian reliabilitas koefisien alpha pada skala intesitas komunikasi pada saat uji coba adalah 0.907, sementara pada saat penelitian 0,886, hal ini menunjukkan bahwa alat ukur intensitas komunikasi memiliki reliabilitas baik.
            Pada skala tipe kepribadian, peneliti menggunakan alat EPI. Validitas internal konsistensinya baik, tingkat reliabilitasnya berkisar 0,89-0,93 untuk ekstrovert-introvert (Syafiq, 2010). Dari hasil uji normalitas awal dengan sampel 240 orang, diketahui bahwa sebaran data pada variabel intensitas komunikasi memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0.027 atau memiliki probabilitas dibawah 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Untuk membuatnya normal, peneliti menghilangkan outliers sebanyak 22 responden, sehingga sebaran data mimiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0.084 (diatas 0,05), hasilnya pun menjadi normal. Hasil uji homogenitas, diketahui bahwa varians pada setiap kelompok peneliti memiliki nilai signifikan dengan probabilitas 0,075 (diatas 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa varians pada setiap kelompok yang diuji bersifat homogen.
            Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai signifikansi probabilitas (p) sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti erdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dan introvert pada remaja, sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “Ada perbedaan intensitas komunikasi melalui media jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada remaja” dapat diterima, sedangkan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi sebaliknya ditolak. Terkait hal ini, ada pengkategorian kelompok yang memiliki skor intensitas komunikasi dari yang paling tinggi hingga paling rendah. Kelompok ekstrovert memiliki skor yang tinggi, sebaliknya introvert memiliki skor rendah.

Pembahasan dan Kesimpulan
            Setiap peniliti memiliki pandangan sendiri tentang tipe kepribadian ekstrovert dan introver. Masing-masing mengemukakan pendapatnya tentang ciri dan cara berkomunikasi dari kedua tipe kepribadian ini. Namun sebenernya, setiap pendapat peneliti mengenai hal ini serupa atau tidak banyak berbeda.
            Baik tipe ekstrovert maupun introvert pasti melakukan komunikasi dengan berbagai cara, langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti, keduanya melakukan komunikasi tidak langsung lewat media jejaring sosial juga. Tipe introvert, dalam menggunakan media jejaring sosial tidak mudah untuk mengekspresikan dan menyatakan segala hal yang dirasakannya karena tipe introvert cenderung tertutup, kurang ekspresif, dan berpikir dalam sebelum melakukan sesuatu. Intinya, tipe ini lebih suka memperhatikan diri sendiri dan tidak suka melibatkan banyak orang. Semuanya ini bertolak belakang dengan tipe ekstrovert. Perbedaan karakteristik inilah yang menyebabkan perbedaan intesitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe ekstrovert dan introvert. Tipe ekstrovert tentu memiliki tingkat intensitas komunikasi lebih tinggi dibandingkan tipe introvert.
            Berkaitan dengan perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan independent sample t-test, didapati bahwa hasil nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.273. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan signifikan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial berdasarkan jenis kelamin.
            Untuk mengetahui hubungan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial adalah dengan menggunakan korelasi product moment. Korelasi product moment digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas (jumlah jejaring sosial) dengan variabel tergantung (intensitas komunikasi). Syaratnya, data berpola linear (diuji menggunakan compare means, nilai lebih kecil dari 0,05) dan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian korelasi, didapati angka probabilitasnya 0,000 (dibawah 0,05) yang berarti hipotesis nolnya ditolak dan hipotesis alternatifnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi diterima.
            Jumlah jejaring sosial yang dimiliki seseorang berbanding lurus dengan intensitas komunikasi, angka korelasi yang diperoleh sebesai (+) 0,433, tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah jejaring sosial maka semakin tinggi intensitas komunikasi. Individu yang memiliki lebih dari 2 jejaring sosial tergolong tipe ekstrovert, sedangkan yang kurang dari 2 tergolong tipe introvert. Selain tipe kepribadian, komunikasi melalui jejaring sosial juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia dan daerah tempat tinggal, tujuan dan motifnya, dan kemudahan dalam mengakses.
            Kesimpulannya, perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, tipe ekstrovert memiliki tingkat intensitas komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan tipe introvert. Terdapat perbedaan kecenderungan penggunaan jejaring sosial. Tipe ekstrovert menggunakan facebook dan twitter sebanyak 22,9%, dan tipe introvert sebanyak 36,7%. Tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial antara laki-laki dan perempuan, serta terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah jejaring sosial dengan intensitas komunikasi melalui jejaring sosial.
            Saran bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk membimbing, memantau, dan mengarahkan siswanya dalam menggunakan media jejaring sosial. Penggunaannya harus sesuai dengan porsinya, melihat kelebihan dan kekurangan yang ada. Pihak sekolah dapat memberikan fasilitas wi-fi untuk mempermudah siswa mengakses media sosial namun tetap dalam pemantauan. Bagi guru BK (Bimbingan Konseling) dapat memberikan sosialisasi terkait hal ini sehingga interaksi interpersonal murid dapat diasah, begitupun dengan perkembangannya.
Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu diharapkan dapat melakukan penelitian kedepan dengan lebih baik lagi dibandingkan sekarang, misalnya dengan menggali lebih dalam informasi terkait melalui metode wawancara, atau survey. Mengenai alat ukur, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat ukut yang memang sudah diadaptasi, tervalidasi, dan realibel terkait topik ini sehingga dapat menghindari kesalahan pada alat ukur.


Sumber jurnal :
http://www.e-jurnal.com/2014/12/perbedaan-intensitas-komunikasi-melalui.html