Wednesday, October 22, 2014

Agustinus Tokoh Filsafat Pada Jaman Patristik


            Setiap hal yang ada di dunia selalu memiliki awal dan akhir, tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam perjalanannyapun, hal itu berkembang sepanjang waktu. Mulai dari hal kecil sampai dengan hal besar sekalipun pasti mengalami perubahan. Dalam hal kepercayaan, manusia tidak serta-merta memiliki sebuah agama, semua bermula dari paham animisme dan dinamisme yang kemudian semakin hari semakin berkembang, mengalami perubahan, namun tetap tidak meninggalkan secara penuh dasar pemikirannya.
            Pada jaman Patristik dan Abad Pertengahan (Suharyanto), dunia menghadapi kenyataan baru yaitu, muncul dan berkembangnya agama Kristen. Kristianitas merupakan agama wahyu, yang berarti Kristianitas ini diwahyukan kepada dunia oleh Kristus terutama sebagai ajaran penebusan, penyelamatan, dan cinta kasih, bukannya sebuah sistem yang bersifat teoritis. Kristianitas melihat kehidupan sebagai sebuah perjalanan untuk menuju Bapa. Para rasul berperan sebagai perantara untuk mewujudkan pertobatan dunia.
            Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap perubahan yang terjadi, terlebih yang mempengaruhi banyak orang, akan menyebabkan gesekan atau pertentangan. Ketika Kristianitas ini hadir dan berkembang ditengah masyarakat, Kristianitas dicurigai karena dianggap tidak sesuai dengan keadaan masyarakat setempat. Pertentangan berasal dari berbagai kaum, diantaranya adalah kaum intelektual dan penulis. Untuk menghadapi berbagai serangan itu, mau tidak mau para pewarta iman menggunakan argumen-argumen yang filosofis dan teologis demi pembelaan iman.
            Filsafat merupakan ilmu yang mencari dan menyelidiki hikmah kehidupan dan mencari kebenaran, sedangkan agama Kristen mengajarkan keselamatan bagi umat manusia. Kedua hal ini saling bergesekan satu sama lain dan saling mengoreksi dan melengkapi. Seperti anggapan yang ada ‘badai pasti berlalu’, lambat laun pertentangan itupun mereda dan akhirnya Kristianitas dihayati sebagai suatu kebutuhan yang diterima masyarakat.
            Salah satu tokoh pada jaman Patristik yang memberikan pengaruh cukup besar adalah Agustinus. Pemikiran-pemikirannya tentang Kristianitas dan hidup tidak dapat dianggap remeh, bahkan oleh tokoh-tokoh filsafat besar pada jaman itu. Siapakah Agustinus itu? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang dikemukakannya?


Biografi Agustinus 354 - 430

            
 Agustinus lahir pada 13 November 354 di Tagaste, Afrika Utara (sekarang : Souk-Ahras, Aljazair, Afrika Utara). Pada saat itu, kekuasaan Kerajaan Romawi mencakup sebagian benua Afrika, jabatan-jabatan penting masih berada di tangan orang Romawi. Ayahnya adalah salah satu orang yang menduduki jabatan itu. Ibu Agustinus adalah Monika, seorang Katolik yang sangat taat. Sebagai seorang Katolik, seharusnya Monika mempermandikan Agustinus, namun, hal itu tidak dapat terjadi karena Patrisius bukanlah seorang Katolik. Patrisius pada dasarnya tidak meragukan kebenaran agama Katolik, tetapi kedudukannya membuat dia takut dianggap sebagai pengikut Kristus. Sebagai seorang istri yang baik, Monika tidak dapat membantah suaminya.
            Ketika Agustinus masuk dalam dunia sekolah, kebebesannya dibatasi. Dia harus belajar dan kerap kali dilarang bermain. Dalam beberapa kesempatan, Agustinus lebih memilih untuk membolos. Hal ini membuat Monika dan Patrisius khawatir sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain yang berada di Madauros. Keinginannya untuk selalu bermain tidak juga hilang ketika dia sudah sampai di Madauros. Bermain adalah sebuah keutamaan. Untungnya, otak Agustinus tajam. Berbagai macam pelajaran dapat diserapnya dengan sangat baik, bahkan mata pelajaran utama sekalipun. Ketika umur 15 tahun, dia sudah menamatkan sekolahnya bahkan dengan nilai tertinggi. Namanya menjadi buah bibir. Bahkan, nama Agustinus sudah terdaftar sebagai calon murid sekolah tinggi di Carthago (Setiyowati, 2007).
            Sambil mempersiapkan diri sebelum menuju sekolah tinggi, Agustinus pulang ke Tagaste sementara waktu. Pada kesempatan ini, Monika memanfaatkannya untuk membujuk Agustinus memeluk agama Katolik, namun sayang, bujukan dari sang ibu ditolak oleh Agustinus mentah-mentah. Tidak heran, guru-guru Agustinus selama bersekolah adalah orang-orang kafir. Betapa kecewa hati Monika, namun tak langsung lenyap semangat dan keinginannya. Monika mencari cara lain untuk membuat Agustinus luluh hatinya.
            Sekolah Tinggi Carthago kini ada didepan mata, Agustinus mempelajari retorik disana. Pemikiran Agustinus ketika tiba disana tidak jauh dari berpesta dan bersenang-senang. Seketika, kabar buruk datang menghampirinya. Ayahnya, Patrisius meninggal sesaat setelah dibaptis, dan lebih buruknya lagi, warisan yang ditinggalkan sang ayah tidak cukup untuk membiayai sekolahnya. Dari situlah hubungan antara Agustinus dan ibunya membaik, ia tahu beratnya beban Monika dalam membiayai sekolahnya. Perubahan mulai terjadi, Agustinus mulai memiliki tekad untuk tekun belajar, demikianlah yang dilakukannya. Agustinus menjadi seorang pelajar retorik yang sukses.
Agustinus mempelajari kesusastraan filsafat kuno. Setelah dia membaca buku Cicero yang berjudul Hortensius, dia tertarik untuk menyelidiki soal kebenaran. Teman-temannya mengatakan bahwa ketertarikan Agustinus dapat terjawab oleh paham Manicheismekarena dianggap menawarkan penalaran logis tentang kebenaran, berbeda dengan ide-ide naif dan ajaran-ajaran tidak logis yang disajikan oleh agama Kristen. Terdapat dua prinsip yang saling bertentangan, yaitu :
·         Prinsip baik dari terang : Allah atau Ormuzd.
o   Karya prinsip baik : jiwa yang terbentuk dari cahaya.
·         Prinsip jahat dari kegelapan : Ahriman.
o   Karya prinsip jahat : badan yang terdiri dari material kasar.
Banyak pertanyaan Agustinus yang akhirnya terjawab oleh manicheisme, hal ini yang membuatnya lambat laun memeluk ajaran itu.
Hidupnya di Carthago begitu bebas dan jauh dari ajaran Katolik. Agustinus tinggal bersama seorang mistress selama sepuluh tahun lebih dan mendapatkan seorang anak yang diberi nama Adeodatus. Sayangnya, Adeodatus meninggal ketika masih sangat muda. Hal ini membuat Monika sangat khawatir. Dalam setiap doanya, nama Agustinus selalu disebut. Monika sungguh mengharapkan pertobatan terjadi dalam diri anaknya. Monika ingin Agustinus pulang ke Tagaste.
Pada tahun 383 sebelum berangkat ke Roma, ada beberapa pertanyaan dalam benaknya yang tidak dapat dijawab oleh Manicheisme. Kemudian pada tahun 384, Agustinus pergi ke Roma untuk mengajar retorika (kepergian Agustinus ini kemudian disusul oleh Monika). Disana, dia sering mendengarkan khotbah seorang uskup Milan bernama Ambrosius (Santo Ambrosius). Disamping itu, bujukan-bujukan Monika yang memintanya untuk menjadi seorang Katolik serta buku-buku yang dibacanya karya Platonis, karangan Plotinus mempengaruhi cara pikir Agustinus. Dia mulai tertarik akan hal-hal itu. Semakin hari, Agustinus mampu lepas dari Manicheisme dan mulai menerima berbagai macam pemikiran tentang Tuhan atau Kristianitas. Kitab Suci pun dibacanya.
Suatu ketika dia membaca Roma 13 : 13-14 “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan jangan merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya”. Hal ini yang menjadi titik pertobatan Agustinus. Dia mengatakan kepada Monika keinginannya untuk dipermandikan. Betapa bahagia hati Monika ketika mendengar hal itu. Sejak awal Monika memang percaya bahwa saat-saat seperti ini akan tiba. Agustinus pun dipermandikan oleh uskup Ambrosius (Santo Ambrosius) pada tahun 387.
Pada tahun 388, Monika dan Agustinus kembali ke Afrika. Agustinus memutuskan untuk mendirikan biara kecil di Tagaste. Kemudian, pada tahun 391 dia ditahbiskan menjadi seorang imam. Enam tahun kemudian yaitu pada tahun 397, Agustinus dikonsekrasikan menjadi uskup Hippo. Dengan senang hati dan tangan terbuka Agustinus melayani umatnya, dia menjadi pujangga terbesar diantara para Bapa Gereja. Agustinus meninggal pada 28 Agustus 430.

Pemikiran Agustinus


            Pemikiran-pemikiran Agustinus banyak berpengaruh. Bahkan Aristotelianisme Santo Thomas Aquinas tidak memandang remeh pandangan dan ajarannya. Pemikiran-pemikiran ada dalam hal :

1.      Pengetahuan

Ø  Dalam hal ini, Agustinus menekankan bahwa pengetahuan akan kebenaran harus dicari sebab pengetahuan itu adalah pembawa kebahagiaan yang sejati.
Ø  Persoalan Agustinus : “bagaimana mungkin budi manusia yang terbatas dan berubah-ubah dapat mencapai pengetahuan mengenai kebenaran-kebenaran abadi, padahal kebenaran-kebenaran itu mengatur dan memerintah budi manusia, dengan kata lain, transenden terhadap budi manusia”.
Ø  Ada kepastian-kepastian yang tidak dapat disangkal menurut Agustinus :
§  Kepastian mengenai prinsip kontradiksi : selalu ada satu hal yang benar dalam dua hal yang bertentangan.
§  Indera tidak pernah menipu.
§  Setiap orang yang meragukan sesuatu tahu bahwa ia ragu-ragu.
§  Kebenaran matematis tidak bisa disangkal : 2 + 3 = 5
Ø  Kepastian tentang eksistensi riil : setiap orang pasti yakin akan keberadaan, hidup dan pengertiannya. Kepastian ini dicapai bukan melalui indera, melainkan melalui pengalaman batin, melalui kesadaran diri. Bagi Agustinus, benda atau hal berjasad tidak perlu dirisaukan.
Ø  Taraf-taraf pengetahuan :
§  Taraf terendah (dimiliki manusia dan hewan) : pengetahuan inderawi (contoh : mata, telinga).
§  Taraf tertinggi (khas dimiliki manusia) : kontemplasi mengenai hal abadi (kebijaksanaan) yang dilakukan budi tanpa campur tangan indera (lebih kepada pemikiran).
§  Tambahan : penggunaan akal diarahkan kepada tindakan, sedangkan kebijaksanaan adalah kontemplasi yang sifatnya tidak praktis.
Ø  Teori Illuminasi : tema yang digunakan Agustinus adalah neo-Platonis yang dipengaruhi Plato dengan memperbandingkan Ide Kebaikan dengan matahari. (Ide Kebaikan : menyinari objek dibawahnya, Plotinus Sang Tunggal atau Allah : matahari, cahaya transenden).
Kebenaran ide-ide abadi di dalam Allah berperan sebagai “sinar dan cahaya” yang datang dari Allah untuk memungkinkan budi melihat sifat-sifat tak berubah niscaya dari kebenaran-kebenaran abadi. Budi manusia membutuhkan illuminasi (penerangan) karena budi manusia bersifat temporal, sehingga apa yang tidak berubah dan abadi berada di luar jangkauan budi manusia. Kebenaran tidak lebih rendah atau sejajar dengan budi manusia, melainkan lebih tinggi dan sempurna.

2.      Allah

Ø  Menurut Agustinus, bukti akan kehadiran Allah yang paling dalam adalah melalui pikiran. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kebenaran itu lebih tinggi dari budi manusia. Budi manusia terbatas, sementara Allah tidak terbatas. Kebenaran tentang Allah yang tidak terbatas tidak mungkin mampu masuk dalam budi manusia yang terbatas. Budi tidak menciptakan dan mengubah kebenaran, sebab budi yang diatur oleh kebenaran itu sendiri, bukan malah sebaliknya. Sebab itu, budi harus tunduk dan menerima kebenaran yang tidak terbatas tentang Allah.
Ø  Semua ciptaan menyatakan Allah yang dapat dialami oleh jiwa, dan Allah itu hidup di dalamnya. Allah tidak hadir dalam bentuk atau rupa yang nyata, namun Allah bisa dihayati dalam kehidupan.
Ø  Bukti panjang eksistensi Allah : (tahap)
§  Keraguan serta penyangkalan tentang kebenaran.
§  Budi diyakinkan bahwa kebenaran dapat dan mungkin dicapai.
§  Jiwa mempertimbangkan dunia inderawi (dunia di luar diri manusia).
§  Manusia kembali kepada diri sendiri.
§  Kesimpulannya : Allah sebagai dasar segala kebenaran.
Ø  Semua hal ataupun siapapun yang diciptakan Allah merupakan gambar dan rupa Allah meskipun dengan cara yang tidak sempurna. Semua hal tentang ciptaan diketahui oleh Allah jauh sebelum semua itu diciptakan. Bila ciptaan Allah itu baik adanya dan pantas dipuji, Allah lah yang pantas mendapat pujian tertinggi.
Ciptaan tidak dapat memberikan kebahagiaan sempurna bagi jiwa sebab ciptaan itu hanyalah memberi isyarat kepada Allah yang hidup yang harus dicari di dalam diri sendiri. Sebab itu, ada yang mengatakan bahwa “ketika kamu menaruh harapan kepada manusia, kamu akan kecewa. Namun ketika kamu menaruh harapan kepada Allah, kamu akan dipuaskan”.
Kesimpulannya : Allah tidak berubah, kekal dan mandiri, adalah tak terbatas, maka tak terpahami. Berkat sifatNya yang spiritual, tak terbatas dan tunggal, Allah mengatasi ruang, sebagaimana berkat keabadianNya ia mengatasi waktu.

Ilustrasi :
            Suatu kali ketika Agustinus sedang merenungkan misteri Allah Tritunggal Mahakudus, Agustinus berjalan di pantai. Dia bertemu dengan seorang anak yang sedang bolak-balik mengambil air laut dalam tempat kecil dan memasukkannya pada sebuah lubang yang sudah dibuatnya. Agustinus terlibat dalam percakapan singkat dengan anak itu :
Agustinus : apa yang sedang kamu lakukan disini?
Anak : saya sedang memindahkan air laut itu ke dalam lubang yang sudah saya buat.
Agustinus : (tertawa) mana mungkin kamu dapat memindahkan laut yang luas itu ke dalam lubang kecil yang kamu buat? Mustahil !
Anak : (memandang Agustinus) sama halnya dengan apa yang engkau lakukan. Tidak mungkin misteri Allah Tritunggal Mahakudus yang sedemikian dalam, luas, dan tidak terbatas, masuk dalam otak manusia yang kecil dan terbatas.
Jawaban lugas dari anak itu membuat Agustinus sadar bahwa mustahil manusia bisa memahami secara tuntas misteri Allah Tritunggal Mahakudus. Maka dari itu, budi manusia tidak bisa mengerti dengan pikirannya (Enny, 2012).

3.      Dunia

Ø  Dunia tergantung kepada Allah sebab dunia diciptakan dari ketiadaan (ex nihilo) oleh tindakan yang bebas.
Ø  Ajaran yang paling disukai Agustinus :
Rationes seminales (prinsip dasar / benih dasar) : benih dari ciptaan atau potensi yang tak terlihat yang diciptakan Allah pada permulaan di dalam unsur lembab dan berkembang menjadi objek dari macam-macam species berkat pemekarannya bersama dengan berkembangnya waktu. Hal ini tidak selalu pasif, melainkan punya daya dan kecenderungan untuk berkembang, meskipun dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
Benih dasari merupakan angka yang tersembunyi, badan adalah angka yang nampak. Angka matematik dimulai dari angka satu sampai dengan bilangan kesatuan, demikian pula hirarki dimulai dari yang mencipta, yaitu Allah Yang Satu, yang menyebabkan adanya cerminan Allah dalam kesatuan yang kurang sempurna.
Ø  Puncak ciptaan materiil adalah manusia yang terdiri dari badan dan jiwa yang tidak dapat mati (prinsip immaterial). Manusia adalah ‘jiwa berakal yang menggunakan badan duniawi yang dapat mati’.
Kesimpulan : jiwa lebih mulia daripada badan, tidak dipengaruhi badan, dapat menyadari adanya perubahan di dalam badan karena adanya stimulus dari luar.
Ø  Pertanyaan utama : apakah Allah menciptakan setiap jiwa individual secara terpisah taukah semua jiwa diciptakan di dalam jiwa Adam, sehingga jiwa diwariskan oleh orang tua (Traducianisme)?

4.      Teori Moral

Ø  Etika Agustinus tergolong : Eudaimonistik (menuju kebahagiaan), yaitu menekankan tujuan setiap tindakan manusia adalah kebahagiaan. Namun, kebahagiaan ini hanya dapat dicapai di dalam diri Allah. Etika ini berdasarkan kepada pengalaman hidup Agustinus dan juga dibantu oleh filsafat Plotinus. Pencapaian kebahagiaan di dalam Allah lebih kepada persatuan utuh, penuh kasih di dalam pemilikan Allah dan di dalam persatuan supernatural dengan Allah.
Ø  Etika Agustinus : etika kasih.
Berkah kehendaklah manusia yang berusaha mencapai Allah pada akhirnya dapat memiliki serta menikmatiNya. Pondus meum : yang menjadi pusat pemikiran saya adalah cinta.
Ø  Kesimpulan dari kedua etika Agustinus : dalam pencapaian kebahagiaan, hanya mungkin terjadi bila manusia dibantu oleh rahmat yakni bila manusia menerima cinta yang cuma-cuma dari Allah, Sang Pencipta. Kebahagiaan dapat ditemukan dalam persatuan dengan Allah, Sang kebaikan yang tak berubah.
Ø  Manusia memiliki kehendak bebas. Namun, kebebasan itu sendiri tunduk kepada kewajiban moral. Secara kodrati, manusia akan selalu terarah kepada Allah, dan manusia hanya dapat memenuhi dinamika kodrati untuk mengamalkan hukum moral yang mencerminakan Hukum Allah yang abadi. Keterarahan manusia kepada Allah dikehendaki oleh Sang Pencipta yang mengarahkan kehendak bebas manusia. Kasih akan Allah adalah tugasnya.
Ø  Rahmat adalah syarat mutlak untuk mulai berkehendak mencintai Allah.
Kejahatan adalah kehendak untuk menjauhi Allah yang bukan berasal dari Allah melainkan dari ciptaan sendiri. Bila prinsip moralitas adalah cinta kepada Tuhan, maka manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
§  Manusia yang mencintai Allah melebihi dirinya sendiri.
§  Manusia yang mencintai dirinya sendiri melebihi Allah.
Dalam menentukan sifat manusia dapat dilihat dari karakter kehendak dan berkat karakter cinta yang dominan.



5.      Negara

Ø  Negara kafir didirikan, diperkembangkan dan dipertahankan atas dasar ketidakadilan, kekerasan, perampokan dan penindasan.
Ø  Negara pada hakikatnya tidak didirikan atas dasar keadilan yang benar, sebab keadilan yang benar menuntut bahwa ibadah kepada Allah harus dilaksanakan. Masyarakat bagi Agustinus adalah kumpulan makhluk rasional yang diikat dalam persetujuan umum, yaitu hal yang mereka cintai. Bila hal itu baik, maka masyarakatnya baik, begitupun sebaliknya.
Ø  Kesimpulan dari kedua hal diatas : Negara tidak akan mewujudkan keadilan yang benar dan tidak akan dapat menjadi Negara moral yang sungguh-sungguh bila Negara itu buka Kristen, sebab Kristianitaslah yang membuat manusia baik. Negara sendiri, sebagai alat dengan kekuatan, mempunyai akarnya di dalam akibat dosa asal dan mutlak harus menjadi institusi.


Ada ruang di dalam hatimu yang tidak dapat diisi oleh hal lain selain cinta kasih Allah

DAFTAR PUSTAKA

Enny, G. C. (2012, Juni Kamis). Misteri Tritunggal Mahakudus. Retrieved Oktober Rabu, 2014, from Hidup Katolik: http://m.hidupkatolik.com/index.php/2012/06/14/misteri-tritunggal-mahakudus
Setiyowati, C. E. (2007). Sahabat Yesus Kisah Hidup Santo Santa 1. Yogyakarta: Kanisius.
Suharyanto, C. (n.d.). Filsafat Patristik dan Sklolastik. Yogyakarta.


DAFTAR GAMBAR

Tuesday, October 14, 2014

Tokoh 1 - Aristoteles

Filsafat adalah ilmu yang masih sangat jarang diketahui di Indonesia. Tidak banyak yang memahami ilmu ini. Padahal, dampak dari ilmu meluas ke berbagai macam ilmu lainnya. Dalam pembahasan kali ini, saya akan mencoba untuk mengupas lebih dalam sosok Aristoteles, salah satu tokoh penting dalam dunia filsafat.

            Siapakah Aristoteles?


Aristoteles adalah salah satu tokoh dalam dunia filsafat (seorang filsuf) yang berasal dari Yunani. Ia adalah didikan Plato, dimana awalnya ia sangat mengagumkannya namun seiring waktu bersifat kritis terhadapnya pemikirannya. Aristoteles memdalami berbagai macam bidang dalam pekerjaannya, seperti  Metafisik dan Etika. Arisoteles adalah salah satu tokoh filsafat yang sangat membantu dalam mempengaruhi  berbagai macam pemikiran dan pengembangan logika yang sampai saat ini dipakai dan dikenal. Hingga masyarakat yang di pertanyakan tentang tokoh filsafat yang mereka ketahui, mayoritas akan menyebutkan nama Aristoteles sebagai salah satu tokoh yang mereka kenal. Ini diakibat banyaknya bidang yang menggunakan ilmunya sebagai landasan yang diperkembangkan lagi di berbagai macam bidang.

              Bidang Ilmu Apa Saja yang Dikuasainya?

Aristoteles menerapkan berbagai macam konsep yang hingga saat ini kita kenal baik, beberapa diantaranya adalah:
  • Logika : yaitu tentang bentuk susunan pikiran
  • Silogisme
    contoh :
    -       Semua binatang mamalia pasti menyusui (premis mayor)
    -       Kucing adalah binatang mamalia (premis minor)
    -       Kucing pasti menyusui (kesimpulan)
  • Sains
    Peran Aristoteles :
    • Mengumpulkan dan mengelompokkan spesies-spesies dalam ilmu biologi secara sistematis.
    • Membuktikan bahwa bumi itu bulat. Ia membuktikan hal tersebut dengan cara melihat gerhana.
    • Menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba
    • Menyampaikan teori yang bertentangan dengan Plato. Ia menyampaikan bahwa semua benda bergerak menuju satu tujuan dan benda itu harus ada penggeraknya,yaitu Theos (Tuhan). Teori yang disampaikan oleh Aristoteles  ini mengandung unsur teleologis atau ketuhanan.
  • dll.

Karena kemampuan penalarannya yang baik dan pengunaan metode – metode ilmiah dalam pekerjaan - pekerjaannya, Aristoteles menjadi  salah satu landasan paling awal dalam berpikir secara kritis. Aristoteles kerap kali menjadi awal dalam suatu hal -penyumbang pertama pemikiran-pemikiran baru (contohnya adalah dua peran pertama peranannya di bidang ilmu Sains). Buah-buah pikirannya adalah sumbangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan di berbagai bidang di seluruh penjuru dunia.
Education is an ornament in prosperity and a refuge in adversity.

 www.QuotesMessages.com



Disarikan dari 

  • Website Title: Aristotle 
  • Article Title: Aristotle (384—322 B.C.E.)
  • Date Accessed: October 12, 2014
  • Website Title: Philosophy Philosophers
  • Article Title: Aristotle’s Philosophy (Summary)
  • Date Accessed: October 13, 2014 
  • Website Title: Afid Burhanuddin | Ide Kita Untuk Kita
  • Article Title: Filsafat Aristoteles
  • Date Accessed: October , 2014

Materi Kuliah Pertemuan 2

Pemikiran Dalam Filsafat

Dalam filsafat pemikiran itu harus merupakan refleksi, radikal, dan integral;
Refleksi; manusia menangkap objeknya secara intensionalitas dan sebagai hasil dari proses tersebut, yakni keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan manuia dari objek-objek yang dihadapinya;
Radikal; (radix : akar) mencari pengetahun sedalam-dalamnya;
Integral; kecenderungan memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan.

Cabang - Cabang Dalam Filsafat

Umum

Ø  Metafisika

·    Antropologi
·    Kosmologi
·    Teodiceaei
·    Ontologi

Ø  Epistemologi

·         Ep. Dasar
·         Metodologi
·         Logika

Ø  Aksiologi

·         Etika
·         Estetika
Khusus

Ø  Keilmuan

v  Fil. Ilmu Umum

v  Fil. Ilmu Khusus

·         Interdisipliner
·         F.I Fisik
·         F. Matematik
·         F. Biologi
·         F.I Sosial
·         F.I Linguistik
·         F. Psikologi

Ø  Bid. Kehidupan

·         F. Politik
·         F. Ekonomi
·         F.Hukum
·         F. Budaya
·         F. Agama
·         F. Sejarah
·         F. Dll

Aliran Filsafat (Aspek Geo-Kultur)

Barat: Berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno dan dipelajari secara akademis di di Eropa dan daerah-daerah jajahannya

Timur: Berkembang di Asia, (khususnya di India dan Tiongkok) dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Satu cirinya khasnya kedekatan hubungan filsafat dengan agama.

Timur Tengah: Ahli waris tradisi Filsafat Barat. Orang-orang Arab/Islam (juga beberapa orang Yahudi!) yang menaklukkan daerah sekitar Laut Tengah, menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka.

Diambil dari: PPT