Masokisme seksual
adalah salah satu jenis kelainan seksual yang termasuk dalam parafilia. Masokisme
berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von
Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan karakter yang terobsesi dengan
kombinasi seks dan rasa sakit. Orang dengan kelainan ini akan merasa puas atau
bergairah bila mendapatkan rasa sakit pada diri sendiri, baik yang berasal dari
diri sendiri maupun orang lain. Pelaku disebut dengan masokis, sementara
perbuatannya adalah masokisme. Masokisme seksual adalah satu-satunya kelainan
parafilia yang dialami atau didominasi oleh perempuan yaitu sekitar 5%.
Kelainan masokisme seksual ini didasari oleh adanya
perasaan submisif. Perasaan submisif adalah rasa berserah diri di luar batas
kewajaran kepada pasangan. Seorang masokis akan menikmati perlakuan semena-mena
yang dilakukan oleh pasangan, termasuk hal-hal yang mengandung unsur
kekerasaan. Contoh skenarionya adalah menjadi budak yang ‘melayani’ majikannya,
atau murid yang ‘dihukum’ oleh gurunya. Perlakuan yang diterima dapat berupa tamparan,
cambukan, pukulan, dan lain sebagainya.
Masokisme seksual memiliki tingkatan-tingkatan. Mulai
dari aktivitas yang masih bisa dikategorikan aman seperti melakukan hubungan
seksual dengan tangan diborgol sebagai variasi, sampai dengan kategori
berbahaya. Salah satu aktivitas masokisme seksual yang paling berbahaya adalah
hipoksifilia. Partisipan akan merasa terangsang secara seksual bila konsumsi
oksigennya dikurangi, misalnya dengan menggunakan jerat, kantung plastik,
ataupun bahan kimia. Tidak jarang masochist mengalami kematian ketika atau
setelah melakukan aktivitas seksual.
Kerap kali, kelainan masokisme seksual ini dikaitkan
dengan perilaku sadism. Pelaku sadism berhubungan dengan masokis untuk mendapat
kepuasan seksual karena dapat melakukan tindak kekerasan terhadap pasangannya.
Sebaliknya, masokis berhubungan dengan pelaku sadism untuk mendapat kepuasan
seksual karena mendapat tindak kekerasan dari pasangannya. Dapat dikatan,
hubungan semacam ini adalah hubungan simbiosis mutualisme.
Berdasarkan
teori psikoanalitik klasik, masokis mengatasi ketakutan terhadap cedera dan
perasaan tak berdaya yang diterima dengan menunjukkan kepada pasangan bahwa
masokis tahan terhadap kerusakan. Beberapa teori menyebutkan bahwa masokis
biasanya mengalami trauma seksual ketika masa kanak-kanak. Dari tindakan
kekerasan yang diterimanya itu, masokis memiliki pengalaman yang mengesankan
bahwa rasa sakit diperlukan untuk mendapat kenikmatan seksual yang menyebabkan ketagihan
atau keinginan untuk mengulang perlakuan itu secara terus-menerus. Faktor lain
yang menyebabkan masokisme seksual adalah faktor keluarga yang tidak harmonis
dan / atau faktor pergaulan. Meskipun begitu, seseorang yang memiliki latar
belakang kehidupan normal pun bisa menjadi masokis.
Masokisme
seksual menyebabkan masokis mengalami cedera, terlebih bila sudah berada pada
tingkatan yang berbahaya. Masokis dapat terenggut nyawanya. Masokis dalam
lingkungan sosial dan pekerjaannya akan mengalami penolakan bila menemui
orang-orang atau pasangan yang tidak satu pendapat dengan gaya seksualitas
menggunakan kekerasan.
Seseorang
berpotensi mengalami masokisme seksual bila dalam waktu sekurangnya 6 bulan
terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau
perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan nyata seperti dihina, dipukul,
dan lainnya yang membawa penderitaan. Selain itu, khayalan dan / atau dorongan
seksual menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaa, atau fungsi penting lainnya. Hal ini merupakan
kriteria diagnosis masokisme menurut DSM-IV-TR.
Menanggapi
masokisme seksual, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk setidaknya
meminimalisir kelainan ini, meliputi psikoterapi, terapi perilaku, terapi seks,
terapi hormonal, dan terapi medikamentosa. Psikoterapi dilakukan untuk
menemukan dan menyelesaikan penyebab dasar terjadinya kelainan. Selain itu,
psikoterapi juga memungkinkan pasien mendapatkan harga dirinya kembali, memperbaiki
kemampuan interpersonal, dan menemukan metode yang dapat diterima untuk
mendapatkan kepuasan seksual (terapi seks).
Terapi
kognitif-perilaku dilakukan untuk mengubah pola pikir yang salah lewat
penyadaran mengenai pembenaran irasional yang menimbulkan perilaku seksual
tersebut. Pada saat terapi ini pun diberitahukan cara menghindari situasi yang
mungkin membangkitakan keinginan tersebut agar pasien memiliki kontrol atas
dirinya. Terapi hormonal memanfaatkan hormone medroxyprogesteron asetat
(Depo-Provera) dan cyproterone asetat untuk menurunkan kadar testoteron dalam
sirkulasi sehingga rangsangan seks berkurang. Hormon ini digunakan selama
menjalani terapi kognitif-perilaku.
Terapi
medikamentosa menggunalam obat antidepresen seperti fluoxetin untuk mengurangi
rangsangan seks. Sayangnya, obat ini kurang berhasil dalam mengurangi fantasi
seks. Obat ini biasa digunakan untuk mereka yang mengalami kelainan masokisme
seksual yang disertai dengan depresi.
Referensi :
1 comments:
Why casino site is not available in my country? - Choe Casino
A casino site 온카지노 in your choegocasino country is not available in หาเงินออนไลน์ my country. you do not have any online casino games or games in your country.
Post a Comment